Di zaman Rasulullah saw pernah juga terjadi gempa, seperti sekarang ini yang sering terjadi. Saat itu Baginda berada di atas Gunung Tsabir bersama ketiga Sahabat utama, yaitu Sayyidina Abu Bakar, Sayyidina Umar dan Sayyidina Utsman.
Dari Utsman bin Affan berkata:
“Apakah kalian tahu Rasulullah pernah berada di atas Gunung Tsabir di Mekah. Bersama beliau; Abu Bakar, Umar dan saya. Tiba-tiba gunung berguncang hingga bebatuannya berjatuhan. Maka Rasulullah menghentakkan kakinya dan berkata: Tenanglah Tsabir! Yang ada di atasmu tidak lain kecuali Nabi, Shiddiq dan dua orang Syahid.”HR :Tirmidzi, Ibnu Kuzaimah, ad-Daruquthni, dan lainnya.
Dengan perkataan Baginda tersebut tiba-tiba saja gempa berhenti. Baginda hanya menyebut bahwa di atas Gunung Tsabir ada Baginda Rasulullah, seseorang yang bergelar Ash-Shiddiq dan 2 orang yang nantinya mati syahid.
Lain lagi yang terjadi pada masa Khalifah Umar bin Khatab. Ketika Mesir sudah di bawah Islam, maka Khalifah menunjuk Sayyidina Amru bin 'Ash sebagai Gubernur Mesir. Di hari pertama (dalam sistem penanggalan Mesir waktu itu) pada bulan itu, datanglah orang-orang menemui Gubernur. Juru bicara mereka berkata:
“Wahai Amirul mukminin, Sungai Nil di tempat kami punya kebiasaan tidak mau mengalirkan air kecuali permintaannya dipenuhi.”
“Apa permintaannya?” tanya Sayyidina Amru bin ‘Ash.
“Kalau sudah tanggal 11 bulan ini, kami biasa mencari seorang anak gadis. Setelah kami menjadikan kedua orang tuanya senang dan redha, maka kami menyuruh gadis itu berdandan dan berhias secantik mungkin. Lalu kami melemparnya ke Sungai Nil sebagai tumbal,” papar mereka.
Kemudian Sayyidina Amru bin ‘Ash memotong, “perbuatan itu dilarang oleh Islam dan Islam melenyapkan ajaran buruk sebelumnya.”
Karena merasa tidak ada solusi, para penduduk Mesir yang menetap di sekitar Sungai Nil memutuskan untuk menetap sementara seperti biasa. Bila air Sungai Nil tidak mengalir, mereka berencana pindah ke wilayah lain.
Melihat keadaan itu, Sayyidina Amru bin ‘Ash mengirim surat kepada Khalifah Umar bin Khaththab di Madinah. Gubernur Mesir itu melaporkan peristiwa yang dihadapinya dan meminta nasihat kepada Khalifah Umar apa yang mesti ia lakukan.
Khalifah Umar membalas surat Sayyidina Amru. Dalam suratnya Khalifah menulis, “Tindakanmu benar. Islam memang menghapus kebiasaan buruk sebelumnya. Aku telah mengirim kertas khusus untuk engkau lempar ke Sungai Nil.”
Surat Khalifah sampai ke tangan Gubernur Amru. Sayyidina Amru membaca isi surat khusus yang ditulis Khlalifah untuk Sungai Nil. “Dari hamba Allah, Umar Amirul Mukminin untuk Nil penduduk Mesir. Amma ba’du. Jika engkau mengalir karena kemauanmu, janganlah engkau mengalir. Tetapi bila engkau mengalir karena diperintah oleh Allah, maka aku meminta kepada Allah Yang Mahaesa lagi Maha Perkasa agar menjadikanmu mengalir.”
Kertas itu dilempar Gubernur Amru bin ‘Ash ke Sungai Nil sehari sebelum hari raya Nasrani. Saat itu penduduk Mesir tengah bersiap-siap pindah ke negeri lain karena Sungai Nil yang menjadi sumber penghidupan mereka berhenti mengalirkan air.
Setelah surat Khalifah dilempar, keesokan harinya, di pagi hari di hari raya Nasrani, air Sungai Nil telah mengalir dengan ketinggian 7 meter lebih, hanya dalam waktu semalam. Sejak itu adat buruk masyarakat Mesir melempar tumbal seorang gadis hidup-hidup ke tengah Sungai Nil berhenti.
Peristiwa ini tercatat dalam Tafsir Ibnu Katsir (3/480), Tafsir Al-Qurthubi (13/70-71), Tafsir Fakhrur Razi (21/74-75), Tarikh Al-Khulafa karya Asy-Syuyuti, Thabaqat Asy-Syafi’iyah Al-Kubra karya As-Subkiy, dan kitab-kitab masyhur lainnya.
۩۞۩۩۞۩۩۞۩۩۩۞۩۩۞۩۩۞۩۞۩۩۞۩۩۞۩۩۩۞۩۩۞۩۩۞۞۩۩۞۞۩۩۞
Tidak ada komentar:
Posting Komentar