Hari itu kota Makah di gemparkan oleh sebuah sayembara. Tidak
tanggung-tanggung, hadiah bagi pemenang sayembara itu adalah 100 ekor
unta betina muda yang hampir beranak. Hadiah sebesar itu akan di berikan
untuk seseorang yang bisa membawa Nabi Muhammad dalam keadaan hidup
atau mati kepada Abu Jahal dan para petinggi Qurais lainnya.
Bagi
Suroqoh, sayembara ini adalah sebuah tantangan yang sangat menarik. Di
masyakatnya, dia terkenal dengan kepandaiannya melacak jejak. Maka,
kesempatan inipun tidak di biarkannya berlalu begitu saja. Hanya untuk
mencari satu orang saja, ia akan memperoleh imbalan 100 ekor unta
betina. Baginya, ini adalah peluang besar yang jarang ada.
Nabi
Muhammad pada saat itu memang dalam posisi yang sangat sulit. Para
petinggi Qurais telah memblokir semua akses jalan keluar dari Makah.
Sehingga satu-satunya tempat besembunyi Nabi saat itu adalah Gua Tsur.
Sebelumnya,
Nabi Muhammad dan sahabatnya Abu Bakar bersembunyi di Gua Tsur ketika
para pemuka Qurais mengejarnya. Saat itu mereka sudah mencapai di pintu
gua. Seandainya mereka melihat kedalam gua dari tempat kaki mereka
berpijak, sudah pasti mereka melihat Nabi Muhammad dan Abu Bakar disana.
Namun, Alloh menurunkan kuasanya. Mereka ragu akan keberadaan Nabi di
dalam gua tersebut karena ada sarang laba-laba di pintu gua. Secara
logika, tidak mungkin ada orang yang masuk gua tersebut tanpa merusak
sarang laba-laba. Maka, para petinggi Quraispun meninggalkan gua itu
dengan putus asa. Kemudian mereka mengadakan sayembara untuk menangkap
Nabi Muhammad.
Suroqoh menghimpun beberapa informasi tentang
keberadaan Nabi Muhammad dari berbagai sumber. Sampai akhirnya, ia
menemukannya bersama Abu Bakar sedang berjalan kearah kota Madinah
meninggalkan Makah. Di pacunya kuda sekuat tenaga dan melesat cepat
hingga ia semakin dekat dari posisi Nabi berada.
Namun, ketika
ia mendekati Nabi tiba-tiba kudanya tersandung. Suroqoh terpelanting
dari pelana dan jatuh. Tanpa menghiraukan rasa sakit, Suroqoh kembali ke
punggung kuda dan memacunya. Namun untuk kedua kalinya kuda tersebut
tersandung dan lagi-lagi Suroqoh terpelanting. Ia belum menyerah, ia
kembali memacu kudanya sampai pada posisi yang cukup dekat dengan Nabi.
Kemudian dia meraih busur panah di punggungnya dan berniat untuk
membidik Nabi. Namun, apa daya.. tangan itu tiba-tiba kaku, tak bisa di
gerakkan. Belum lagi kaki kudanya tiba-tiba terbenam dalam pasir.
Dia
lalu berpaling kepada Rasulullah dan berteriak dengan memelas, “Hai
kalian berdua, berdoalah kepada Tuhanmu, supaya kaki kudaku lepas. Aku
berjanji tak akan menggangu kalian berdua.”
Rasulullah kemudian
berdoa untuknya. Maka bebaslah kaki kuda Suraqah dari benaman pasir.
Tapi, karena ketamakannya, setelah bebas, dia mengingkari janjinya dan
berusaha melabrak Rasulullah dengan kudanya. Namun, niat itu tidak
terlaksana, karena kaki kuda itu kembali terbenam ke bumi, bahkan lebih
dalam lagi.
Suraqah kembali memohon belas kasihan kepada
Rasulullah.”Ambillah perbekalanku, harta, dan senjataku. Aku berjanji
atas nama Allah kepada kalian berdua, akan menyuruh kembali setiap orang
yang berusaha melacak kalian,” katanya memelas.
Mendengar Suroqoh
berkata demikian, Nabi menjawab bahwa ia tidak membutuhkan hartanya.
Nabi hanya meminta Suroqoh untuk kembali kepada kaumnya dan menyuruh
orang-orang yang mencari Nabi untuk tidak mencarinya lagi.
“Demi
Allah, aku tidak akan mengganggumu lagi,” kata Suraqah setelah kaki
kudanya lepas. Setalah itu ia bahkan menyatakan keyakinannya, “Agama
yang Tuan bawa akan menang dan pemerintahan Tuan jaya. Aku mohon apabila
kelak aku datang kepada Tuan, Tuan akan bermurah hati kepadaku.
Tuliskanlah hal itu untukku.” Lanjut suroqoh.
Rasulullah meminta
Abu Bakar menulis pada sekerat tulang dan menyerahkannya kepada Suraqah
sambil berkata, “Bagaimana jika pada suatu saat kamu memakai gelang
kebesaran raja Persia?”
“Gelang kebesaran raja Persia?” tanya Suraqah terkejut.
“Ya, gelang kebesaran Kisra bin Hurmuz!” jawab Rasulullah meyakinkan.
Setelah
itu Suraqah kembali ke Makah dengan perasaan gembira. Kepada
orang-orang Qurais yang ditemuinya sepanjang jalan, ia meyakinkan bahwa
usaha pencarian mereka terhadap Nabi Muhammad akan sia-sia. “Telah
kuperiksa seluruh tempat dan jalan yang mungkin dilaluinya, namun aku
tidak menemukan Muhammad,” katanya. “Bukankah kalian tidak sepandai aku
dalam hal melacak jejak?”
Peristiwa yang di alaminya tadi
benar-benar membekas dalam hatinya. Ia benar-benar yakin bahwa Muhammad
bukanlah manusia biasa. Ia meyakini Muhamad adalah Nabi yang di utus
oleh Alloh. Ia juga yakin akan janji Nabi Muhammad bahwa suatu hari
nanti ia akan memakai gelang kebesaran raja Persia.
Saat itu
jazirah Arab di apit oleh dua kerajaan besar, yaitu Kerajaan Bizantium
di barat dan Kerajaan Persia di timur. Sedangkan umat Islam masih sangat
kecil, bahkan belum memiliki sebuah negara sekalipun. Janji Nabi kepada
Suroqoh bahwa ia akan memakai gelang kebesaran raja Persia seakan-akan
mustahil, jika mempertimbangkan situasi dan kondisi umat Islam saat itu.
Karena janji Nabi itu bermakna bahwa kerajaan Persia yang besar,
berperadaban tinggi, dan memiliki tentara yang sangat menakutkan itu
akan di taklukan oleh umat Muhammad di saat Suroqoh masih hidup. Padahal
saat itu umat Islam masih sangat lemah! Namun, dalam hati Suroqoh tetap
yakin bahwa janji itu pasti akan terwujud.
Sejarah mencatat,
bahwa janji Nabi Muhammad itu terbukti benar. Pada masa Khalifah Umar
bin Khotob, pasukan Islam berhasil menghancurkan Kerajaan Persia hingga
ke akar-akarnya. Dalam pertempuran yang sangat sengit di Nahawan,
tentara Persia yang berjumlah lima kali lebih besar dari pada pasukan
Islam ini berhasil di musnahkan. Ibu kota Persia, Ctesipon ditaklukan.
Istana Putih kebanggaan Raja Persia jatuh di tangan kaum muslimin. Raja
Persia yang terakhir, yezdegrid, melarikan diri.
Harta rampasan
perang dari perang tersebut tak terkira jumlahnya. Setelah dikeluarkan
seperlima untuk baitul mal, sisanya di bagikan kepada seluruh pasukan
Islam. Masing-masing mendapatkan 12.000 dinar emas!
Diantara
seperlima yang dikimkan ke pusat pemerintahan Islam, Madinah, terdapat
pakaian kebesaran Kisra bertahtakan perhiasan dan permata, pedang Kisra
yang terbuat dari permata, dan juga mahkota raja Persia.
Khalifah
Umar bin Khotob kemudian menimang-nimang benda-benda mahal itu dan
berkata: “lihatlah, rakyatnya harus memikul pajak untuk benda-benda yang
tidak berguna ini dan di pakai oleh pemegang amanat rakyat..”
Setelah
itu Khalifah memanggil Suraqah. Kepadanya, Khalifah memakaikan busana
kebesaran Kisra itu lengkap dari mulai celana, sepatu, pedang, gelang,
pakaian kebesaran, dan mahkota, dan Khalifah sendiri kemudian memujinya
“Alangkah hebatnya anak Desa Madlaji ini.”
Dengan demikian,
terbuktilah ucapan Baginda Nabi kepada Suraqah beberapa tahun sebelumnya
“Bagaimana jika suatu waktu kamu memakai gelang kebesaran Kisra?”
Ini
adalah sebuah bukti bahwa Nabi Muhammad benar-benar utusan Alloh yang
diutus menyebarkan risalah Islam. Maha benar Alloh yang telah berfirman
dalam Al-quran: “dan tidaklah (Muhammad) berkata dengan hawa nafsunya,
melainkan (yang dikatakannya) adalah wahyu yang di wahyukan
(kepadanya)”. Kisah ini semoga bisa menambah Iman kita kepada Alloh.
Wallohu A`lam bis shawab.
۩۞۩۩۞۩۩۞۩۩۩۞۩۩۞۩۩۞۩۞۩۩۞۩۩۞۩۩۩۞۩۩۞۩۩۞۞۩۩۞۞۩۩۞
Tidak ada komentar:
Posting Komentar